Jumat, 15 Juni 2012

MENCARI KESETIAAN


Sudah banyak hal aku lalui semua ini tapi semua hasilnya nihil. Tak ada yang pasti semua ketulusan ku dibayar dengan penghianatan. Sakit memang tapi ini lah yang aku alami setiap aku merajut kasih. Sudah banyak pria yang mendampingi ku dari aku duduk di bangku sekolah pertama tapi kandas oleh sebuah penghianatan. Aku pernah mendapatkan pria yang aku cari dia yang membuat hidup berarti di tengah penderitaan ku melawan penyakit yang aku derita dia yang memberi arti kehidupan merasakan indah cinta walau kamu terpaut usia dan berbeda sekolah itu bukan halangan buat kami.

Walau terkadang aku sering di jadikan pacar keduanya setelah game online bahkan kalau aku ngajak main ada saja alasannya tapi aku selalu mengerti dan di sini lah aku mengenalnya. Awalnya sungkan bagi ku untuk berkenalan dengan orang awam tapi setelah ku telisik ternyata dia anak yang asik dan bisa di ajak sharing dari hal-hal yang membuat aku gundah.
“kak, main yuk okta sibuk dengan pacarnya”
“ayo” jawab pesam ku singkat

Setiap aku lagi males aku mengajaknya untuk tukar fikiran, tapi aku tak sedikit pun menyimpan perasaan sama dia. Hingga suatu ketika aku putus dari okta secara sepihak entah apa alasannya itu yang membuat aku sakit karena selama 1 tahun lebih aku hanya di mainkan sampai terfikir kan oleh ku untuk membalas rasa sakit ini sama pria lain benar saja belum genap aku putus dengan okta 24 jam aku sudah memiliki pacar kembali tapi tak bertahan lama aku hanya ingin melampiaskan kekecewaan ku.
Hingga aku dikenal kan sama ketua tim basket SMA ku. Awalnya aku hanya ingin memainkan perasaannya saja tapi entah kenapa aku merasa nyaman sama dia mungkin karena sifatnya berbeda dengan okta walau dia keras kepala aku bisa untuk mengalah.

“beibh, besok aku tanding kamu nonton iya” BBM dari orda
“iya beibh besok aku nonton tapi aku ngajak seseorang iya” balasku dan tak di jawabnya
Begini lah kalau yang dulu aku dilupakan karena game terus yang kali ini aku juga dilupakan karena bermain basket kalau ditanya pasti selalu jawabannya“ngerti lah beibh, aku kan ketua tim ini jadi kalau nggak ada aku jadi kacau permainannya”. “hah sama saja” itu lah yang selalu keluar dari bibir manis ini.

Sampai ketika aku masuk rumah sakit, tapi apa yang berada di samping ku bukan lah orda pria yang ku sayang melain kan dia si penjaga warnet, aku tertegun bukan saja asik ternyata dia baik, itu lah yang terfikirkan oleh ku.

“beibh, maaf aku nggak bisa jenguk kamu kemarin aku ada pertandingan penting” ucap orda
“penting kan saja permainan mu tak usah kau fikirkan aku, sudah lah kau sama okta sama saja, pria sama saja hanya bisa memainkan perasaan wanita.” Jawab ku yang kesal
“sudah lah tak usah di ributkan jangan karena hal seperti ini kalian ribut, toh orda sudah dateng kesini seharusnya kamu senang di jenguk sama pria yang kamu sayang” jawaban si dia untuk meleraikan kami berdua

Hingga saat aku menjalani operasi orda menemaniku bahkan dia ada pertandingan final dia tak ikut dalam timnya mungkin karena tersentak akan perkataan si dia. Aku berterima kasih sama si dia tapi sebelum aku berterima kasih sama dia akan tetapi ternyata dia sudah pergi meninggalkan kota ini entah kemana seakan lenyap bak di telan bumi tanpa kabar. Hingga aku putus sama orda dan lagi-lagi aku diputusin secara sepihak tanpa alasan yang jelas membuat aku teringat sama dia, andai dia di sini sekarang aku akan berterima kasih sama dia karena aku tak kan lagi depresi karena pria dan aku selalu mengingat kata-katanya

“dek, sebenarnya kalau kamu depresi akibat pria itu adalah kesalahan terbesar kamu karena masih banyak pria di dunia ini akan menerima mu apa adanya, jadi jangan lah kau takut akan putus cinta, karena itu yang di benci sama yang maha kuasa bahkan kalau kau selalu depresi akibat hal yang sama kau akan selalu di ujinya karena kau yang membuatnya dan kau yang harus tanggung akibatnya, maka ingatlah kau masih ada aku di sini yang selalu menemanimu di saat pelik masalah yang membelitmu, jadi lampiaskan lah semuanya sama aku jangan kau bersedih dan meratapinya berbagi lah akan kekesalanmu.”

Itu lah sebagian kata yang selalu aku ingat dari dia tapi kini aku sendiri disini yang harus melewati hal ini. Tanpa air mata yang berlinang di bola mataku. Tak kan habis kata-kata ku untuk berterima kasih sama dia. Dan aku tak kan letih untuk mencari pria yang setia untuk menemani ku di saat susah dan senang sama seperti si dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar